Anjuran untuk bersabar
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullahu ta’ala,

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّن قَبْلِكَ فَصَبَرُواْ عَلَى مَا كُذِّبُواْ وَأُوذُواْ حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا
“Dan sesungguhnya rasul-rasul sebelummu telah didustakan juga, tetapi mereka bersabar terhadap pendustaan dan penganiayaan kepada mereka itu sampai datang pertolongan Kami kepada mereka.” (QS. Al An’am: 34)
Semakin kuat gangguan, semakin dekat pula pertolongan Allah. Pertolongan yang dimaksud tidak khusus ketika seseorang masih hidup dan melihat hasil usaha dakwahnya saja. Akan tetapi, terkadang pertolongan itu [baru] datang ketika ia sudah meninggal dunia dengan Allah jadikan hati-hati manusia menerima apa yang didakwahkannya itu, mengambil dan berpegang-teguh dengannya. Sebab yang seperti ini termasuk pertolongan Allah untuk dai tersebut, meskipun dirinya telah meninggal dunia.
Karena itu, sudah selayaknya bagi para dai agar bersabar menghadapi rintangan-rintangan yang menghalangi dakwah mereka dan bersabar menghadapi gangguan-gangguan yang menyakiti mereka. Seperti itulah para rasul alaihimus salam. Mereka disakiti oleh kaum mereka dengan perkataan dan perbuatan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِن قَبْلِهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ
“Demikianlah. Tidak seorang rasul pun yang datang orang-orang sebelum mereka, kecuali mereka mengatakan, ‘Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila’.” (QS. Adz Dzariyat: 52)
Allah ‘azza wa jalla juga berfirman,
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّاً مِّنَ الْمُجْرِمِينَ
“Dan demikianlah. Telah Kami adakan bagi setiap nabi musuh dari kalangan orang-orang berdosa.” (QS. Al Furqan: 31)
Akan tetapi, bagi para dai hendaknya menghadapi itu semua dengan kesabaran. Lihat firman Allah subhanahu wa ta’ala kepada rasulNya ini,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ تَنزِيلاً
“Sesungguhnya, Kami telah menurunkan Al Qur-an kepadamu [wahai, Muhammad] secara bertahap.” (QS. Al Insan: 23)
Orang yang memerhatikan akan mengatakan [tentang kelanjutan ayat itu], “Maka, syukurilah nikmat dari Rabbmu.” Akan tetapi, Allah ‘azza wa jalla melanjutkan ayat tersebut dengan,
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ
“Maka, bersabarlah engkau untuk [menjalankan] ketetapan Rabbmu.” (QS. Al Insan: 24)
Di dalam hal itu, terdapat isyarat bahwa setiap orang yang mengemban Al Qur-an ia pasti akan mendapatkan sesuatu yang menuntutnya agar bersabar. Lihat keadaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika dipukul oleh kaumnya sampai berdarah-darah. Beliau mengusap darah dari wajah beliau seraya berkata,
اللَّهُمَّ اغْفِرْلَهُمْ فَإِنَّهُمْ لاّيَعْلَمُوْنَ
“Ya Allah, ampunilah mereka, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” [HR. Al Bukhari dan Muslim]
Karena itu, sudah semestinya para dai itu selalu bersabar dan mengharap pahala dari Allah ‘azza wa jalla.
Sabar dibagi menjadi tiga macam.
[1] sabar untuk menaati Allah
[2] sabar dari berbagai yang diharamkan Allah
[3] sabar atas takdir Allah yang Allah tetapkan untuknya, baik yang Allah timpakan langsung kepadanya ataupun yang Allah timpakan kepadanya melalui tangan-tangan sebagian hamba Allah berupa gangguan dan permusuhan.
Sumber: Muhammad bin Shalih Al Utsaimin. Syarh Ats Tsalatsatul Ushul lil Imam Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah. Kairo: Dar Ibnul Jauzi. 1432H/2011M, halaman 24-25.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar