Pages

Kamis, 24 Maret 2016

Kesalahan Istri Bagian Kedua : Minimnya Perhatian Seorang Istri kepada Kedua Orang Tua Sang Suami

Kesalahan Istri Bagian Kedua : Minimnya Perhatian Seorang Istri kepada Kedua Orang Tua Sang Suami


Tidak diragukan lagi bahwa seorang istri memiliki hak kemuliaan yang harus ditunaikan oleh sang suami, dan di antara wujud dari memuliakan seorang istri adalah menempatkannya di rumah tersendiri. Al Kasani mengatakan, "Kalau saja seorang suami ingin menempatkan sang istri bersama saudara perempuan atau bersama ibu mertua, seperti : ibu dari sang suami, atau saudara perempuan suami, putri suami dari istri yang lain, dan juga karib kerabat; namun sang istri enggan maka wajib bagi seorang suami untuk menempatkannya secara tersendiri! Karena terkadang mereka mengganggu dan menimpakan bahaya kepada sang istri ketika mereka tinggal satu atap, dan keengganan sang istri tersebut merupakan bukti keburukan yang akan didapatkannya.


Akan tetapi, terkadang keadaan mengharuskan agar sang suami tinggal bersama kedua orang tuanya, atau kedua orang tua sang suami sangat perlu untuk tinggal bersama di rumahnya. Di lain pihak, sang suami dituntut untuk bisa berbakti kepada kedua orang tuanya, dan juga berbuat baik kepada istrinya maka terkadang sejumlah istri tidak bisa menolong suaminya untuk menjalankan semua itu. Ia berkeinginan untuk memonopoli sang suami, hingga tidak ada seorang pun selain dirinya yang boleh berhubungan dengan suaminya. Bahkan kenyataannya lebih dari itu, sang istri pun tega menyakiti kedua orang tua suaminya. Gangguan-gangguan tersebut terjadi dalam banyak bentuk, di antaranya adalah sang istri terlalu meninggikan nada ketika berbicara dengan kedua orang tua sang suami, berkata "ah" terhadap perintah-perintah yang diberikan keduanya, minimnya interaksi kasih-sayang dan perhatian saat bergaul dengan keduanya, terlalu banyak mencela, berangan-angan hidup terpisah dari keduanya, dan menghasut sang suami supaya berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya. Begitu juga, sang istri mencari-cari kesalahan dan terlalu mendramatisasi kesalahan yang dilakukan oleh keduanya, bahkan ia mereka-reka suatu perkara dan berdusta atas nama keduanya. Selain itu, sang istri cemburu kepada ibu mertuanya, dan berinteraksi dengan ibu mertuanya seolah orang yang memiliki kepentingan yang sama dengannya dalam menarik perhatian sang suami, dan contoh-contoh lain dari berbagai jenis gangguan seorang menantu kepada mertuanya.

Jika kita mengembalikan pandangan kita untuk melihat semua sebab-sebab itu maka kita akan mendapati bahwa penyebab semua itu adalah karena minimnya ketakwaan, buruknya pendidikan, dan lemahnya akal pikiran. Demikian pula, tindakan-tindakan semacam ini juga diakibatkan dari jiwa yang sempit dan hati yang kerdil. Karena yang namanya hati itu tidak sama antara luas dan sempitnya sebagaimana kamar, ruangan, dan rumah juga memiliki ukuran yang berbeda-beda. Oleh karena itu, di antara manusia ada yang hatinya sempit seperti "lubang jarum", dan di antara mereka ada pula yang hatinya luas hingga bisa terisi "alam ini" dan isinya.

Lantas, apa faidah yang bisa dipetik dari interaksi semacam ini bagi sang istri? Hal-hal semacam itu hanya akan merugikan kehidupannya sendiri, dan merugikan kehidupan orang yang bergaul dengannya. Akhirnya, sang istri itu sendiri tidak akan bahagia! Demikian pula, sang suami dan mertuanya. Oleh karena itu, wajib bagi seorang istri cerdas yang bagus agamanya dan mulia akhlaknya, yang ingin mewujudkan kebahagiaan dirinya dan suaminya, agar ia menghormati sang suami, memuliakan karib kerabatnya, dan memberikan porsi lebih dalam menghormati kedua orang tua sang suami; terkhusus lagi adalah ibunya! Karena semua itu termasuk tindakan memuliakan seorang suami dan berbuat baik kepadanya, sebagaimana tindakan-tindakan semacam itu juga merupakan wujud keramahan kepada sang suami; semakin mempererat hubungan suami itri, dan menguatkan jalinan kasih sayang.

Seorang suami memiliki hak terbesar yang harus ditunaikan oleh sang istri dari pada kedua orang tua si istri itu sendiri. Akan tetapi, secara syar'i sang suami diperintah untuk menjaga hubungan dengan kerabatnya dan keluarga yang dicintai ayahnya, dalam rangka menguatkan hubungan sosial di tengah-tengah umat. Oleh karena itu, perintah syar'i kepada sang istri untuk menjaga keluarga yang dicintai suaminya adalah hal yang lebih utama, dalam rangka semakin menguatkan hubungan suami istri. Kemudian, tindakan seorang istri yang memulikan kedua orang tua suaminya - di saat usia kedua orang tua suaminya sebaya dengan usia kedua orang tuanya sendiri - merupakan salah satu pokok akhlak di dalam Islam yang menunjukkan keluhuran hati dan keturunan yang mulia.

Kalau saja semua tindaka itu tidak menimbulkan dampak apapun melainkan hanya mendatangkan keridhaan sang suami, memperoleh kecintaan karib kerabat suaminya, dan selamat dari berbagai konflik dan pertikaian, terlebih lagi untuk mewujudkan seruan berkah yang kelak akan ia raih, niscaya hal itu sudah mencukupi. Seorang istri teladan hendaknya tidak lupa bahwa ibu mertuanya (ibu dari suaminya) yang ia rasa bakal menjadi pesaingnya untuk meraih simpati suaminya, tentu sang suami tidak akan mampu jika harus memaksa perasaannya untuk menerima berbahai penghinaan yang tertuju kepada ibunya. Karena perempuan itu adalah ibu kandungnya yang telah mengandung dirinya selama sembilan bulan, memberinya makanan dari air susunya, mencurahkan kasih sayang kepadanya, dan penuh kesungguhan membesarkannya hingga ia menjadi laki-laki yang sempurna.

Wahai para istri yang mulia, sesunggunya perempuan ini bagaikan ibu dari anak-anak Anda! Karena ia adalah nenek bagi mereka maka hubungan mereka dengannya sangat kuat. Oleh karena itu, tidak baik jika Anda memperlakukan mertua Anda layaknya saudara perempuan! Akan tetapi, pergaulilah ia layaknya seorang ibu, niscaya ia juga akan memperlakukan Anda layaknya seorang anak perempuan! Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa terkadang ada sejumlah ibu yang bersikap kasar, tetapi tidak ada yang bisa dilakukan oleh seorang anak perempuan melainkan ia harus tabah dan sabar, serta mencari pahala dan balasan dari Allah subhanahu wata'ala.

Jika adab-adab Islam telah tersebar di dalam rumah, dan setiap individu mengetahui apa yang menjadi hak dan tanggung jawabnya, nisacaya bahtera rumah tangga akan berjalan dengan indah, kehidupan pun menjadi menyenangkan dalam banyak kesempatan. Wahai sekalian istri yang mulia, ketahuilah bahwa suami Anda tentunya lebih mencintai keluarganya sendiri daripada keluarga Anda! Namun demikian, janganlah Anda mencela tindakannya! Karena Anda tentunya juga lebih mencintai keluarga Anda sendiri daripada keluarga suami Anda! Oleh karena itu, berhati-hatilah dari sikap mencela suami Anda dengan memandang hina keluarganya atau mencela mereka, atau menyakiti mereka! Karena tindakan itu bisa membuat suami Anda meninggalkan dan menjauh dari Anda!

Sesungguhnya, kelalaian sang istri untuk menghormati keluarga sang suami pada hakikatnya adalah kelalaian menghormati suami itu sendiri. Jika hal itu tidak segera ditangani maka kecintaan sang suami kepada istrinya tidak akan lepas dari berbagai kerusakan dan kekeruhan. Seorang suami yang mencintai keluarganya dan berbakti kepada kedua orang tuanya adalah manusia utama, mulia lagi shalih yang sudah seharusnya dihormati oleh sang istri, dimuliakan, dan ia pun mengharap kebaikan dari suaminya. Karena seorang suami yang tidak berbuat baik kepada kedua orang tuanya sendiri maka mayoritasnya jugaia tidak berbuat baik kepada sang istri, anak, atau kepada orang lain. Oleh sebab itu, seorang suami memiliki ikatan erat dengan keluarganya, hingga ia akan selalu bersama mereka dan sangat sulit memisahkan ia dari mereka. Orang Arab mengatakan, ' Hidungmu tetap menjadi milikmu meskipun selalu ingusan, dan belantaramu tetap menjadi milikmu meskipun lebat penuh dengan pepohonan.'

Wahai para istri yang mulia, jika Anda ridha bahwa suami Anda berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya, dan pergaulan Anda yang buruk dengan keduanya; apakah Anda juga ridha jika ibu Anda bergaul dengan bentuk pergaulan semacam ini kepada para istri saudara laki-laki yang Anda miliki? Bahkan, apakah Anda juga ridha dengan pergaulan semacam ini kepada para suami dari putri-putri Anda ketika rambut Anda sudah mulai beruban? Oleh karena itu, tidak ada untungnya Anda ridha dengan tindakan-tindakan semacam ini. Karena suatu balasan akan diterima sesuai dengan kadar amal yang telah dikerjakan.

Jangan sekali-kali bersedih dari jalan yang telah engkau tapaki
Yang pertama kali ridha dengan jalan itu adalah orang yang menjalani

Sebagai kesimpulan, tugas seorang istri shalihah adalah menolong suaminya untuk selalu berbuat baik, memberikan peran positif dalam banyak kesempatan saat terjadi berbagai persoalan, menstabilkan prahara yang mengguncang, dan memperbaiki keretakan. Kareka ketika kedua orang tua menyaksikan rasa cinta yang jujur, yakni kasih sayang yang tercurah dari istri putranya, niscaya kedua orang tua juga akan ikut menjaga semua itu. Dengan demikian, bisa kita lihat dengan jelas banyak sekali kedua orang tua yang mencintai istri dari putra-putranya, seperti mereka mencintai putri-putri mereka sendiri, atau bahkan rasa cinta itu jauh lebih besar. Namun, semua itu tidak akan mungkin terjadi melainkan hanya dengan taufik dari Allah subhanahu wata'ala, hikmah dari para istri, dan juga semangat mereka untuk menerapkan pergaulan yang baik dengan kedua orang tua suaminya.

Di antara perkara yang bisa membantu sang istri agar bisa menyelinap ke dalam hati kedua orang tua suaminya atau mencuri hati mereka - sebagai tambahan dari penyebutan sebelumnya - adalah hendaknya ia bersabar atas perilaku kasar kedua mertuanya, mengharap pahala, dan menunggu akibat baik yang akan dipetiknya. Di antara hal lain yang bisa dilakukan sang istri adalah bersegera memberikan hadiah kepada kedua mertuanya, terpacu untuk berlemah-lembut dalam berdialog, menjadi pendengar yang baik dari pembicaraan keduanya, santun dalam bertutur kata, mengucapkan salam, dan berjanji dengan janji yang baik dengan keduanya.  Demikian pula, hendaknya sang istri berpesan kepada suaminya agar perhatian dengan kedua orang tuanya, dan agar hati suaminya tidak terlalu jauh dari kedua orang tuanya sehingga lebih condong kepada sang istri. Di antara cara yang lain pula adalah sang istri mengangkat tangannya dengan penuh kerendahan diri memohon kepada Allah subhanahu wata'ala agar hati kedua mertuanya menjadi cinta kepadanya, dan agar Allah Subhaahu wata'ala menolongnya untuk bisa bergaul dengan baik ketika berhadapan dengan kedua mertuanya.

Wahai para istri yang mulia, renungkanah semua hal ini, niscaya akan segera Anda dapatkan pujian indah dan sapaan hangat, serta pahala melimpah dan pemberian yang tidak sedikit kelak di akhirat!.


Disadur dari kitab Rapor Merah Suami Istri Karya asy Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar