Apa Itu Iman ... ?
Iman menurut Ahlussunnah Wal Jamaah tersusun dari keyakinan dengan hati, di ucapkan dengan lisan dan amal anggota badan. maka tiga perkara ini menurut Ahlussunnah Wal Jamaah masuk dalam penamaan iman. Allah Subhanahu Wata'ala Berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabbnyalah mereka bertawakkal, (QS. 8:2) (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. 8:3) Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia. (QS. 8:4)” (al-Anfaal: 2-4)
Maka dalam ayat - ayat ini menunjukkan masuknya amalan - amalan hati dan anggota badan kedalam iman.
Imam Muslim dalam Kitab Sahihnya (58) telah meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, dia berkata:
Rasul Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
"Iman itu ada tujuh puluh sekian bagian atau enam puluh sekian bagian, paling Afdholnya adalah ucapan La Illaha Illallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan Malu adalah salah satu bagian dari Iman."
Hadits ini menunjukkan bahwa apa yang diamalkan dalam hati, lisan dan anggota badan adalah termasuk dari iman. adapun yang datang dalam Al-Qur'an dari ayat - ayat yang banyak menyebutkan diathafkannya (diikutkan dalam penyebutanya) amal shaleh dengan iman, seperti dalam Firman Allah:
"Sesungguhnya orang - orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka adalah surga firdaus menjadi tempat tinggal. (QS. Al - Kahfi - 107)
Dan Firman Nya:
"Sesungguhnya Orang - orang yang beriman dan beramal shaleh mereka itu adalah sebaik baik makhluk. (QS. Al - Bayyinah - 7)
Dan Firman Nya:
"Sesungguhnya Orang - orang yang beriman dan beramal shaleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang (QS. Maryam - 96)
Maka peng-athof-an ini tidak menunjukkan tidak masuknya amalan dalam penamaan iman, bahkan ini termasuk pengathofan yang khusus terhadap yang umum. hal itu di karenakan perbedaan manusia dalam keimanan seringnya terjadi karena perbedaan amal - amal mereka. dan pada perkataan - perkataan mereka juga karena perkataan adalah malnya lisan, bahkan mereka berbeda - beda dalam amalan hati - hati mereka. Al - Hafidh berkata dalam Al - Fath ( 1/46 ) menukilkan dari An - Nawawi: pendapat yang paling nampak dan di pilih adalah bahwasanya pembenaran (dalam hati) bertambah dan berkurang,berdasarkan banyaknya telaah dan jelasnya dalil - dalil. Oleh sebab itu keimanan Abu Bakar As - Shiddiq lebih kuat daripada keimanan selainya, sehingga tidak mengenainya syubhat (kerancuan). Dan yang mendukung pendapat ini bahwa setiap orang mengetaui apa yang ada dalam hatinya bertingkat - tingkat, sehingga kadang - kadang Iman nya lebih kuat dalam hal keyakinan nya, keikhlasanya dan Tawakal nya daripada waktu yang lain. demikian pula pembenaran dan ma'rifah (pengetahuan) sesuai dengan nampaknya keterangan dan banyaknya keterangan tersebut.
Adapun orang-orang yang mengeluarkan amalan dari penamaan iman adalah dua kelompok, mereka adalah ekstrimnya Murji'ah yang mengatakan : "Sesungguhnya setiap orang mukmin itu adalah beriman secara sempurna dan tidaklah memudaratinya dosa apapun dengan keimanan tersebut, sebagaimana ketaatan apapun tidak bermanfaat bersamaan dengan kekafiran." Maka pendapat ini termasuk kebatilan yang paling bathil, bahkan termasuk kekufuran.
Adapun orang-orang Murji'ah dari kalangan fuqoha dari penduduk Irak dan yang lainnya, yang mengatakan tidak masuknya amal dalam penamaan iman, bersamaan dengan penyelisihan mereka terhadap ekstrimnya Murji'ah bahwa kemaksiatan itu bermudarat terhadap pelakunya sehingga pelakaunya diadzab dan dihukum atas kemaksiatan tersebut, maka perkataan mereka ini (murji'ah dari kalangan ahli fiqih) tidak benar kaena hal ini bisa menyampaikan kepada kebid'ahannya ahli kalam yang tercela dari kalangan murji'ah dan yang semisal dengan mereka. Dan juga menyampaikan pula kepada nanpaknya kefasikan dan kemaksiatan-kemaksiatan sebagaimana dijelaskan dalam Syarah Thahawiyah (hal.470).
Kemudian iman itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang kemaksiatan, di antara dalil yang menunjukkan bertambahnya iman adalah firman Allah Subhanahu wa ta'ala :
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya). dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal." (QS. Al-Anfaal - 2)
Dan firman Nya :
"Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: " Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?", adapaun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira." (QS. At-taubah - 124)
"Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan merek bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada), Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,." (QS. Al-Fath - 4)
Dan Allah berfirman pula :
"(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan : "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka, dan mereka menjawab "cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung." (QS. Ali 'imran -173)
Dan Allah berfirman :
"Dan tatkala orang-orang mukmin yang melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan." (QS. Al-ahzab - 22)
Adapun yang termasuk dalil yang menunjukkan berkurangnya keimanan adalah sabda Nabi shalallahu 'alayhi wa sallam :
"Dari Abu Said Al - Khudri Radiallhuanhu berkata : Siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran maka hendaknya ia mengubahnya dengan tangannya, apabila tidak mampu maka dengan lisannya, dan apabila tidak mampu maka hendaknya dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim No.78)
Dan hadits tentang syafa'at yaitu dikeluarkannya orang yang di hatinya terdapat keimanan seberat semut hitam dari neraka (HR. Al-Bukhari no.7439 dan Muslim no.302 dari haditsnya Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu'anhu. Dan juga hadits tentang pensifatan Nabi shalallahu 'alayhi wa sallam terhadap wanita, bahwasanya mereka adalah kurang akal dan agamanya. (HR. Al-Bukhari no.304 dan Muslim no.132)).
Al-Hafizh berkata di dalam Al-Fath (1/47): Telah meriwayatkan -yaitu Al-Lalika'i- dengan sanad yang shahih dari Al-Bukhari, ia berkata : Aku menemui lebih dari seribu ukama di kota-kota, dan aku tidak mengetahui seorangpun di antara mereka yang menyelisihi bahwa iman adalah ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang.
Ibnu Abi Hatim dan Al-Lalika'i telah menukilkan permasalahan ini dengan sanad-sanadnya dengan panjang lebar dari sekelompok besar sahabat dan tabi'in. dan setiap yang ditumpukan padanya ijma' dari kalangan sahabat dan tabi'in, dan Fudhoil bin 'Iyadh dan Waki' telah meriwayatkannya dari Ahlus sunnah wal jama'ah.
Disadur dari Kitab Syarah Hadits Jibril Karya Syeikh Abdul Muhsin bin Hamd Al - Badr Hafidzahullah
Disadur dari Kitab Syarah Hadits Jibril Karya Syeikh Abdul Muhsin bin Hamd Al - Badr Hafidzahullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar