Salaf = Ahlussunnah wa
Al-Jama’ah
Salaf adalah salah satu penamaan lain dari ahlussunnah
wa al-jama’ah, yang mana maknanya sama persis dengan makna ahlussunnah yang
telah kami uraikan sebelumnya.
1.
Secara bahasa :
Ibnu Faris berkata, “Sin, Lam dan Fa`, suatu kata yang
menunjukkan terhadap sesuatu yang telah berlalu dan terdahulu. Contohnya :
‘As-Salaf’ artinya orang-orang yang terdahulu dan ‘Kaum As-Salaf’ artinya kaum
yang terdahulu”. Lihat Mu’jam Maqayis Al-Lughoh Ibnu Manzhur berkata dalam
mengartikan kata Salaf, “Siapa saja yang telah mendahuluimu dari kalangan
bapak-bapakmu dan keluarga-keluargamu yang mereka itu berada di atasmu baik
dari sisi umur maupun keutamaan”. Lihat Lisanul ‘Arob.
2. Adapun secara istilah,
kata Salaf memiliki 2 makna:
·
Makna khusus, mereka adalah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala
alihi wasallam, para shahabat beliau, para tabi’in dan para tabi’ut tabi’in
yang tidak pernah melakukan bid’ah dan mereka adalah tiga generasi pertama yang
diberikan keutamaan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berikut contoh-contoh
penggunaan kata Salaf dalam makna ini :
a. Dalam hadits Aisyah radhiallahu anha, Rasulullah
Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam bersabda kepada putri beliau
Fathimah:
اِتَّقِيْ اللهَ وَاصْبِرِي فَإِنَّ نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ
“Bertakwalah kamu dan bersabarlah karena sesungguhnya
sebaik-baik Salaf bagi kamu adalah saya”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini merupakan landasan dalil dari penamaan
salaf, karena beliau Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam menamakan
dirinya dengan Salaf. Dan hadits ini merupakan hujjah terhadap siapa saja yang
mengingkari penamaan As-Salaf atau dakwah Salaf atau bernisbah kepada Salaf
(Salafy) karena penisbahan ini tidak lain kecuali kepada Rasulullah Shollallahu
‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam. Dan dari hadits inilah para ulama terdahulu
mengambil kata Salaf dan menggunakannya sebagai nama ataupun sifat bagi setiap
orang yang mengikuti jalan Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi
wasallam walaupun dia hanya sendirian.
b. Imam Al-Qolsyani berkata, “As-Salaf Ash-Sholih, mereka
adalah generasi pertama yang mendalam ilmunya, yang mendapatkan hidayah dengan
hidayah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam, yang menjaga
sunnah-sunnahnya. Allah telah memilih mereka untuk bershahabat dengan NabiNya
dan memilih mereka untuk menegakkan agamaNya”. Lihat Tahriril Maqolah fii
Syarhir Risalah hal. 36 Dan hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh shahabat
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu :
إِنَّ اللهَ نَظَرَ فِي قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ ثُمَّ نَظَرَ فِي قُلُوْبِ الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ فَوَجَدَ قُلُوْبَ أَصْحَابِهِ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى دِيْنِهِ فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّءٌ
“Sesungguhnya Allah melihat ke hati para hambaNya dan Dia
mendapati hati Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam adalah
sebaik-baik di antara hati-hati para hamba maka Diapun memilihnya untuk
diri-Nya dan mengutusnya dengan risalah-Nya. Kemudian Allah melihat lagi
ke hati para hamba setelah hati Muhammad dan Dia mendapati hati para
shahabat adalah sebaik-baik hati para hamba maka Diapun menjadikan mereka
sebagai pembantu-pembantu Nabi-Nya yang mereka itu berperang dalam agama-Nya.
Maka apa-apa yang dianggap baik oleh kaum muslimin maka hal itu baik di sisi
Allah dan apa-apa yang jelek menurut kaum muslimin maka hal itu jelek di sisi
Allah”
c. Imam Ath-Thohawi berkata dalam Aqidahnya, “Dan para
ulama As-Salaf dari kalangan orang-orang yang terdahulu (para shahabat-pent.)
dan yang datang setelah mereka dari kalangan tabi’in, (mereka adalah) ahlul
khairi wal atsar (yang memiliki banyak kebaikan dan paham tentang sunnah),
ahlul fiqhi wan nazhor (ahli fiqih dan peneliti), mereka tidak (boleh)
disebutkan kecuali dengan kebaikan dan siapa saja yang menyebut mereka dengan
kejelekan maka dia tidak berada di atas jalan (sunnah)”.
d. Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata tatkala beliau
ditanya tentang hakikat Salafiah, “Tatkala kita berkata ‘As-Salaf’ maka yang
kita maksudkan dengannya adalah sebaik-baik golongan yang berada di atas muka
bumi ini setelah para Rasul dan para Nabi, mereka adalah para shahabat
Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam yang merupakan generasi
pertama, kemudian para tabi’in yang datang pada generasi kedua, kemudian
atba’ut tabi’in yang datang pada generasi ketiga. Orang-orang yang hidup di
tiga generasi inilah yang diitlakkan atas mereka As-Salaf”. Lihat Al-Manhaj
As-Salafy ‘Inda Asy-Syeikh Nashiruddin Al-Albany hal. 14
e. Disebutkan dari Imam Malik tentang puasa 6 hari
di bulan Syawal bahwa beliau tidak pernah menjumpai seorangpun dari kalangan
ahli ilmu dan fiqhi yang berpuasa padanya, dan beliau berkata dalam
Al-Muwaththa` (1/311), “Tidak sampai kepadaku hal tersebut (berpuasa pada 6
hari di bulan Syawal) dari seorangpun dari kalangan As-Salaf (1)”.
Beliau menginginkan dengan kata Salaf adalah para tabi’in dan orang-orang sebelum mereka dari kalangan shahabat serta Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam karena beliau adalah seorang tabi’ut tabi’in.
Beliau menginginkan dengan kata Salaf adalah para tabi’in dan orang-orang sebelum mereka dari kalangan shahabat serta Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam karena beliau adalah seorang tabi’ut tabi’in.
f. Imam Al-Bukhari berkata dalam Shohihnya, “Bab :
Bagaimana para Salaf mempersiapkan makanan di rumah-rumah dan dalam
perjalanan-perjalanan mereka”. (Kitab Al-Ath’imah bab: 70, no. hadits:
5423,5424) Kemudian beliau menyebutkan 2 hadits mu’allaq dari ‘A`isyah dan Asma`,
1 hadits marfu’ dari ‘A`isyah dan 1 hadits mauquf dari Jabir radhiallahu
‘anhum. Ini menunjukkan bahwa yang beliau inginkan dengan kalimat Salaf adalah
Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam dan para shahabat beliau.
g. Imam Al-Bajuri rahimahullah berkata, “Mereka
adalah orang-orang yang (hidup) sebelum tahun 500 (Hijriah) dan sebelum ketiga
generasi, yakni para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in “. Lihat Mauqif
Ahlis Sunnah wal Jama’ah (1/62)
·
Adapun makna umum maka maknanya mencakup 3 generasi pertama yang
terbaik (sebagamana makna khusus) dan mencakup juga orang-orang setelahnya yang
mengikuti mereka dengan baik dari kalangan orang-orang belakangan sampai
dekatnya Hari Kiamat.
a) Imam As-Saffarini rahimahullah berkata dalam Lawami’ul
Anwar As-Sunniyah (1/120), “Mereka adalah orang-orang yang terdahulu lagi
pertama dari kalangan shahabat Muhajirin dan Anshar serta seluruh shahabat Nabi
Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam yang terpilih dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik serta para Imam yang berada di atas petunjuk
setelah mereka yang kaum muslimin telah sepakat akan keberadaan mereka di atas
petunjuk, keilmuan mereka, keterdahuluan mereka, mencontoh dan mengikuti
mereka, berjalan di atas jalan mereka dan bermanhaj dengan manhaj mereka”.
b) Syaikh Saleh bin Fauzan Al-Fauzan hafizhohullah
berkata, “Salafiah adalah jama’ah kaum mu`minin di abad pertama yang berpegang
teguh dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan
yang mengikuti mereka dengan baik”. Lihat kitab An-Nazhorot wat Ta’aqqubat ‘ala
maa fii Kitabis Salafiyah hal. 21
c) Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmy hafizhahullah, “Salaf,
mereka adalah para shahabat Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi
wasallam dan yang mengikuti mereka dengan baik dari orang-orang yang hidup di
tiga generasi yang mulia dan orang-orang yang datang setelah mereka”. Dinukil
dari kumpulan Fatawa Manhajiah yang disusun oleh Hasan bin Muhammad bin Manshur
Ad-Dagriry soal nomor 1.
d) Syaikh Nashr bin Abdul Karim Al-‘Aql berkata dalam
Mujmal Ushul I’tiqad Ahlus Sunnah wal Jama’ah Fil ‘Aqidah hal. 5, “As-salaf
adalah generasi pertama ummat ini dari kalangan para shahabat, tabi’in dan para
imam yang berada di atas petunjuk pada tiga masa yang mulia, dan diitlakkan
juga terhadap setiap yang mengikuti mereka dan berjalan di atas manhaj mereka
di setiap zaman”.
Nampak jelas dari seluruh perkataan di atas bahwa Salaf
adalah hizbullah (kelompok Allah) dan jama’ah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa
‘ala alihi wasallam, karena mereka adalah para shahabat, tabi’in dan yang
mengikuti mereka dengan baik sampai dekatnya hari kiamat, yang Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan Rasul-Nya telah memuji mereka dalam banyak nash-nash syari’at
sebagaimana yang akan datang penyebutannya, insya Allah Ta’ala.
Dan Salaf bukanlah suatu kelompok dari
kelompok-kelompok dalam Islam dan bukan pula suatu jama’ah dari jama’ah-jama’ah
dalam Islam, bahkan Salaf adalah Islam itu sendiri yang murni dari noda-doda
kejahiliyaan orang-orang terdahulu serta dari berbagai bid’ah kelompok-kelompok
belakangan, dengan kesempurnaannya dan keuniversalannya dengan Al-Kitab dan
As-Sunnah sesuai dengan pemahaman para pendahulu yang telah dipuji dengan
nushush Al-Kitab dan As-Sunnah”.
Oleh karena itulah berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah berkata dalam Majmu’ Al-Fatawa (4/149), “Tidak ada celaan bagi
siapa yang menampakkan mazhab Salaf, bernisbah kepadanya dan bersandar
kepadanya, bahkan wajib untuk menerima manhaj Salaf menurut kesepakatan (para
ulama) karena manhaj Salaf tidak ada kecuali hanya kebenaran”.
__________________
(1) Dan ini dari ketergelinciran beliau yang jarang terjadi, padahal telah shohih dari Rasulullah, beliau bersabda :
(1) Dan ini dari ketergelinciran beliau yang jarang terjadi, padahal telah shohih dari Rasulullah, beliau bersabda :
مَنْ صَاَم رَمَضَانَ فَأَتْبَعَهُ سِتَّا مِنْ شَوَّالٍ فَكَأَنَّمَا يَصُوْمُ الدَّهْرَ
“Barangsiapa yang telah selesai berpuasa Ramadhan lalu
mengikutinya dengan berpuasa 6 hari di bulan Syawal maka seakan-akan dia telah
berpuasa sepanjang tahun”.
Dan para ulama belakangan memberikan uzur bahwa mungkin hadits ini tidak sampai kepada imam Malik rahimahullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar